Hutan semakin menua, jangan patah lalu punah

Tulisan ini spesial untuk merayakan Hari Hutan Internasional. Kelestarian hutan mendukung kedaulatan pangan. Hutan dibabat, pangan terancam.
Seiring dengan krisis iklim, krisis pangan juga menjadi ancaman yang serius. PBB memperkirakan, akan ada defisit 70 juta ton pangan dengan perkiraan jumlah penduduk dunia sebanyak 8 miliar pada tahun 2025. 

Indonesia pun tak luput dari ancaman krisis ini. Makin sempitnya lahan pertanian dan kencangnya laju deforestasi, membuat Indonesia juga menjadi salah satu negara penyumbang penurunan kualitas lingkungan hidup.

Padahal, masyarakat di berbagai daerah di Indonesia memiliki tradisi pangan lokal yang diolah secara tradisional dan turun-temurun. Namun, pangan lokal kini menghadapi banyak ancaman dari berbagai aspek, seperti tingginya angka deforestasi akibat industri ekstraktif, perkebunan monokultur, serta pembangunan infrastruktur yang mengabaikan lingkungan. 

Deforestasi akibat pembangunan dan alih fungsi lahan mengakibatkan berkurangnya sumber protein yang bisa diperoleh secara tradisional dari alam. Tak hanya itu, perubahan iklim (yang juga dipengaruhi laju deforestasi) sangat berpengaruh terhadap kondisi pangan di Indonesia. Terjadinya anomali iklim ekstrim menyebabkan hilangnya produksi tanaman pangan dalam jumlah yang signifikan.


Peningkatan suhu permukaan laut sebesar satu derajat celcius memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap curah hujan. Analisis mengenai dampak perubahan iklim terhadap produksi padi di Jawa menunjukkan bahwa produksi padi pada tahun 2025 dan 2050, masing-masing akan berkurang sebesar 1,8 juta ton dan 3,6 juta ton dibandingkan tingkat produksi kini. 

Harus ada upaya pemerintah untuk menekan laju ekspansi industri ekstraktif dan perkebunan besar monokultur yang berdampak pada degradasi lahan pangan. 


Lebih dari itu, berubahnya fungsi hamparan hutan, menghilangkan peran hutan sebagai pengatur tata air. Bencana kian ekstrem. 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNB) pun mencatat bahwa dalam lima tahun terakhir, bencana yang paling besar di Indonesia adalah longsor dan banjir. 

"Ketika pohon terakhir ditebang, ketika sungai terakhir dikosongkan, ketika ikan terakhir ditangkap, barulah manusia akan menyadati bahwa dia tidak dapat memakan uang" - Eric Weiner

Teringat kembali realita hutan yang aku kunjungi pada tahun 2021, tampak jelas di peta kala itu memperkirakan bahwa hutan itu hutan yang padat mirip hutan lindung, namun tidak, ternyata itu hanya pinus yang dibubuhi hutan disekelilingnya, serta sawah, savana dan empang ditengah-tengahnya. Tidak ada hal yang 100 % akurat dengan melihat peta, harus terjun langsung dan memastikan apakah penggunaan lahan disana masih sesuai atau terjadi alih fungsi lahan yang mungkin tidak kita inginkan. Semua akhirnya nampak jelas. 
Nampak sangat jelas saat beberapa hutan dibuka untuk menjadi areal perkebunan, dan beberapa areal sawah diubah menjadi pertanaman bawang di masa covid. 



Komentar

Postingan Populer