Kawasan kumuh Cambaya, Tanggung Jawab KITA

Kemarin saya iseng mengikuti kelas pemetaan yang diadakan oleh RELINDO. Tema kelasnya adalah "Pembuatan Peta Online Lokasi Terdampak Bencana dan Aksi Kemanusiaan". Tema yang menarik.

Berangkat dari kajian teori dan masalah yang ada di sekitar saya, maka saya mengambil kawasan kumuh di Kelurahan Cambaya sebagai objek survey pembuatan peta saya. Ya, saya masih belajar, ini survey kedua saya selama menjadi manusia sekaligus mahasiswa, betapa meruginya saya.

Jam 2 siang, saya ditemani salah seorang adik saya di organisasi IPM, namanya Deswita. Saya menelusuri kawasan Kelurahan Cambaya. Tidak ada satupun tempat yang luput dari langkah kaki saya dan Deswita. Mulai dari tempat yang cukup rindang di kantor kelurahan, sampai tempat yang paling panas di lapangan futsal sore anak-anak disana. 

Selama melakukan penelusuran lokasi, saya mendapat banyak hal yang unik, mulai dari kanal yang sejauh saya berjalan dipenuhi sampah, tepi laut dangkal yang tercemar dan dipenuhi pemukiman warga yang sibuk mengadakan resepsi pernikahan, pemukiman masyarakat dengan angka kepadatan penduduk yang sangat parah, sampai stigma buruk masyarakat tentang Covid-19. Semua saya dapatkan disini. Sungguh unik dan sangat menarik melakukan social experiment disini. Mungkin setelah ini saya akan kembali meriset lokasi atau kehidupan warga disana. 


Mirisnya, saat saya menjumpai kanal di samping Jl. barukang utara lorong 13, saya awalnya mengira itu adalah tempat penampungan sampah. Ternyata saya salah. Itu adalah kanal ya, itu kanal teman-teman. Kanal yang nyaris tidak saya temukan air mengalir disana. Dan yang lebih miris lagi, kantor kelurahan berada diradius 10-20 meter dari kanal itu. Ada apa ini? Kurang ajar kah saya kalau saya menyebut mereka tidak menjalankan fungsinya dengan baik?. 

Layaknya hidup bermasyarakat dengan tentram, sampah dan segala permasalahan lingkungan juga adalah fokus utama kita bersama. Mungkin seru ya jika ada tindakan membersihkan bersama di daerah itu. Itu akan sangat ternilai dan sangat menginspirasi.

Kepadatan penduduk juga. Bukan salah masyarakatnya, saya paham betul tidak satupun dari mereka menginginkan tinggal di tempat kumuh seperti itu. Terlepas dari itu semua, mereka harus tinggal dimana?. Ada beberapa lorong kecil yang saya dapati luasnya tidak sampai 1 meter. Luar biasa bukan?
Saya juga sempat tertawa saat sekumpulan remaja laki-laki meneriaki saya saat sedang melakukan survey di salah satu lorong, mereka berkata seperti ini, "kak tidak adaji korona disini", "bu, ini bu eh nda pakai masker", "kak mintaka wa ta", "tabe bu ndadaji corona disini, cintaku ji ada".  Yahh.. Dan masih banyak lagi, kata-kata meledek memang, yah kita pun harus paham, psikologi mereka dipengaruhi oleh lingkungan. Saat telah berumah tangga pun kalian tidak akan berharap anak-anak kita memiliki teman sepergaulan yang demikian diatas? Kembali lagi, ini tentang lingkungan.

Jadi, mari ubah lingkungan. Sedikit demi sedikit tidak masalah kan, intinya ada aksi :)


oh ya, untuk teman-teman yang tertarik melihat peta survey lokasi kumuh Kelurahan Cambaya yang telah saya buat, silahkan di akses di link ini .. Peta Kawasan Kumuh Kelurahan Cambaya Kecamatan Ujung Tanah, Makassar, 2020



Sebar jika teman-teman rasa tulisan ini bermanfaat :')

Komentar

Postingan Populer